Minggu, 03 Oktober 2010

Tugu Toga Sinaga, Urat Samosir

I. Sejarah Pembangunan Tugu
Rencana pembangunan tugu pada tahun 1966
Pembangunan Tugu dimulai sejak tahun 1966 s.d 1970
Peresmian Tugu dilaksanakan pada tgl 7-14 juni 1970

II. Letak Tugu
Tugu pomparan Toga Sinaga terletak di Huta Sinaga Uruk Negeri Urat Samosir yaitu perkampungan pertama Toga Sinaga.

III.  Arti dari bentuk dan kelengkapan Tugu
Bentuk dan kelengkapan dari Tugu Parsadaan Pomparan Toga Sinaga mempunyai arti.makna sebagai berikut:

1.  Tinggi Tugu.

Tinggi Tunggu adalah “17 meter”, yang melambangkan “Generasi (sundut ke 17″, yang artinya bahwa jumlah generasi (sundut) Marga Sinaga pada saat penetapan rencana pembangunan Tugu Toga Sinaga pada tahun 1966 adalah generasi ke -17.

2. Batang Tugu
Batang Tugu berbentuk “Segitiga Sama Kaki”, yang melambangkan “TOGA SINAGA si TOLU OMPU“, yaitu :
a.  Sinaga Bonor
b.  Sinaga Ratus
c.  Sinaga Huruk (Sagi Raja)

3. Anak Tangga
Anak tangga sebanyak “9 (sembilan) anak tangga:, yang melambangkan “TOGA SINAGA si SIA AMA” yaitu:
a. Sinaga Bonor Pande
b. Sinaga Bonor Tiang Ditonga
c. Sinaga Bonor Suhut NI Huta
d. Sinaga Ratus Nagodang
e. Sinaga Ratus Sitinggi
f.  Sinaga Ratus Siongko
g. Sinaga Uruk Hatahutan
h. Sinaga Uruk Barita Raja
i. Sinaga Uruk Datu Hurung

4. Miniatur Rumah Adat
Bangunan miniatur Rumah Adat yang terletak di pelataran sebelah kanan dari Tugu, melambangkanJabu Parsantian (Rumah Pusaka).

5. Miniatur Rumah Sopo
Bangunan miniatur rumah Sopo yang terletak di pelataran sebelah kiri dari Tugu, melambangkan Rumah Penyimpanan Padi dan Barang-barang Pusaka.

6. Miniatur Pohon Kayu Ara (Hariara Manarak)
Miniatur Pohon Kayu Ara (Hariara Manarak) yang terbuat dari besi dan berada dipelataran Tugu, yang melambangkan “Kesuburuan/Pertumbuhan” keturunan Toga Sinaga (hagabeon).

7. Miniatur Hatian (Timbangan)
Miniatur Hatian (Timbangan) yang terletak di ujung atas dari Tugu, yang melambangkan sifat “Keadilan” yang merupakan cerminan (gambaran) sifat dari Ompu  Palti Raja Sinaga ke-12 yang selama hidupnya berprilaku dan bertindak adil, jujur dan tulus, sehingga Ompu Palti Raja Sinaga ke-12 diberi julukan, sebagai berikut:
a. Ompu Palti Raja
b. Ompu Palti Pandapotan
c. Par Niggala Sibola Tali
d. ParHatian Sora Monggal
e. Par Parik Sinomba ni Gajah, naso tarangkat manuk sabungan.

Hatian (timbangan) dan kelima julukan dari Ompu Palti Raja Sinaga ke-12 menggambarkan seruan kepada seluruh keturunan Toga sinaga agar dalam kehidupannya berprilaku dan bertindak secara adil, jujur dan tulus dengan semangat kuat dan tangguh.

8. Kaca Cermin
kaca Cermin yang terletak di Ujung Tugu pada ketiga sisinya, yang melambangkan “Intropeksi Diri”, yaitu bahwa Marga Sinaga dalam setiap berpikir, berbicara, bertindak dan mernecanakan segala sesuatu harus “penuh ketelitian” agar tidak terdapat kesalahan.

Bandung, 25 Oktober 2008
Nara Sumber

R. Sinaga / br. Simaremare(Op.Gaby)

Nara Sumber merupakan:
* Mantan Pengurus PPTSB Pusat periode 1966-1978
* Salah satu dari tokoh-tokoh Sinaga penggagas pertama rencana pendirian Tugu Toga Sinaga

Catatan:
Kumpulan Tokoh Sinaga penggagas rencana pendirian Tugu Toga Sinaga diketuai oleh Drs. Kol. Polisi Mula Horas Sinaga (Mantan Ketua Umum PPTSB Se-Indonesia yang berkedudukan di Medan).

ASAL USUL MARGA-MARGA SI RAJA LONTUNG

ASAL USUL MARGA-MARGA SI RAJA LONTUNG
 
Si Raja Batak memiliki 3 orang anak yaitu:
1. Guru Tatea Bulan (Naimarata).
2. Si Raja Isumbaon (Nai Sumbaon).
3. Toga Laut (merantau ke Gayo/Alas – Aceh).

Guru Tatea Bulan memiliki 10 anak (5 laki-laki & 5 perempuan) yaitu:
1. Raja Uti, Raja Gumelenggeleng, Raja Biak-biak, Raja Hatorusan, Raja Nasora Mate, Raja Nasora Matua, Partompa Mubauba, Sipagantiganti Rupa.
2. Saribu Raja.
3. Siboru Pareme.
4. Siboru Biding Laut (Boru Anting Haomasan).
5. Limbong Mulana.
6. Siboru Anting Sabungan.
7. Siboru Haomasan (Bunga Haomasan).
8. Sagala Raja.
9. Malau Raja/Silau Raja.
10. Nantinjo Nabolon.

Saribu Raja dan Siboru Pareme adalah anak kembar. Tanpa sepengetahuan yang lain mereka berdua selingkuh dan Siboru Pareme akhirnya berbadan dua. Akihirnya bocorlah rahasia ini dan mereka berdua dikenakan hukuman mati. Tapi secara diam-diam Malau Raja (anak no. 9) membantu mereka berdua untuk melarikan diri ke hutan.

Setelah lama tinggal dihutan, bertemulah Siboru Pareme dengan Babiat Sitempang dan mereka kawin dengan meminta persetujuan Saribu Raja. Saribu Raja menyetujui itu dengan beberapa persyaratan tentunya. Lalu lahirlah Si Raja Lontung dengan wajah uli dan badan berbulu seperti babiat/harimau.

Dari kecil sampai dewasa, Si Raja Lontung selalu lebih pandai dari ayahnya (Babiat Sitempang) bila diajari segala macam hal. Akhirnya, marahlah ayahnya karena ayahnya selalu kalah bila bertarung dengan dia. Maka muncullah niat ayahnya untuk membunuh Si Raja Lontung. Siboru Pareme pun membujuk suaminya untuk belajar lagi ke hutan untuk memperdalam ilmunya supaya bisa mengalahkan anaknya kelak. Diam-diam Siboru Pareme membawa anaknya jauh dari ayahnya agar bisa diselamatkan dari murka ayahnya.

Akhirnya mereka berdua meninggalkan hutan dan menuju ke tepi Tao Toba untuk tinggal dan menetap disana (daerah sabulan). Setelah sekian lama tinggal disana, dibujuklah Si Raja Lontung ini untuk mencari pasangan hidup. Dia disuruh mencari paribannya untuk jadi istrinya di kampung tulangnya di Sianjur Mula-mula. Katanya: `Disana kau akan menemukan pancuran/mata air `Aek Si Pitu Dai’ dimana tempat boru ni tulangmu mandi-mandi’. Siboru Pareme memberikan beberapa petunjuk dan persyaratan ke pada anaknya Si Raja Lontung sebelum berangkat kesana. Dia memberikan cincin dan berkata kepada anaknya:’ Carilah yang mirip dengan wajahku, yang rambutnya sama denganku, dan gayanya mirip dengan gayaku. Temui dan tegurlah dan katakanlah pesan ibumu ini, lalu pasangkanlah cincin ini ke jarinya. Kalau cocok dijarinya, jangan dilepas cincin tersebut tetapi bawalah dia dan jangan mampir lagi ke kampung tulangmu.

Maka berangkatlah Si Raja Lontung menuju ke Aek Si Pitu Dai tempat dimana paribannya mandi-mandi. Tanpa sepengetahuan Si Raja Lontung, ibunya pun pergi ke Aek Si Pitu Dai dengan memakai jalan yang lain. Dengan waktu yang sudah diatur, sampailah ibunya terlebih dahulu ke Aek Si Pitu Dai tersebut dan mandi-mandi disitu. Terlihatlah oleh Si Raja Lontung ada perempuan sedang mandi-mandi disitu. Ditemui lah perempuan itu dan ditegurnya yang ternyata cocok dengan persyaratan yang diberikan ibunya. Lalu dipasangkanlah cincin yang dibawanya ke perempuan itu dan ternyata cocok juga. Lalu dibawalah perempuan itu untuk dijadikan istrinya tanpa mampir lagi ke kampung tulangnya. Jadi dibasa-basahon Tuhanta ma 9 ianakkoni Si Raja Lontung, mauliate ma di Tuhan i.

Anak-anak ni Si Raja Lontung (Lontung Si Sia Sada Ina):
1. Toga Sinaga (Bonor, Ompu Ratus, Uruk), Simanjorang, Simaibang, Barutu (Dairi), Bangun (Karo), Parangin-angin (Karo).

2. Toga Situmorang (Raja Pande/Lumban Pande, Raja Nahor/Lumban Nahor, Tuan Suhut ni Huta, Raja Ringo (Siringoringo Raja Dapotan, Siringoringo Pagarbosi, Siringoringo Siagian), Raja Rea/Sipangpang, Tuan Ongar/Rumapea, Sitohang (Uruk, Tonga-tonga, Toruan], Padang, Solin).

3. Toga Pandiangan (Ompu Humirtap/Pandiangan, Si Raja Sonang (Gultom, Samosir, Pakpahan, dan Sitinjak), Harianja, dan Sidari).
Toga Samosir: Rumabolon, Rumasidari (Ompu Raja Minar, Ompu Raja Podu, dan Ompu Raja Horis/Harianja).

Toga Gultom ada 4 bagian:
a. Gultom Huta Toruan: Guru Sinaingan.
b. Gultom Huta Pea: Somorong, Si Palang Namora, dan Si Punjung. Si Palang Namora: Tumonggopulo, Namoralontung, Namorasende (Ompu Jait Oloan) dan Raja Urung Pardosi/Datuk Tambun (Namora So Suharon, Baginda Raja, Saribu Raja Namora Soaloon, Babiat Gelamun), Pati Sabungan].
c. Gultom Huta Bagot.
d. Gultom Huta Balian.

4. Toga Nainggolan:
a. Toga Sibatu (Sibatuara, Parhusip)
b. Toga Sihombar (Rumana hombar, Lbn. Nahor, Lbn. Tungkup, Lbn. Raja, Lbn. Siantar, Hutabalian, Pusuk, Buaton, Nahulae).
5. Toga Simatupang (Togatorop, Sianturi, Siburian).
6. Toga Siregar (Silo, Dongoran, Silali/Ritonga/Sormin, Siagian).
7. Toga Aritonang (Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare).
8. Siboru Amak Pandan, muli tu Toga Sihombing.
9. Siboru Panggabean, muli tu Toga Simamora.

Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka mendapat seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran.

Meskipun Manik Angkeran seorang pemuda yang gagah dan pandai namun dia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga dia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang pada orang lain. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, “Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya.”

Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi segala rintangan. Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, dia duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak lama kernudian sang Naga keluar. Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan dia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja tidak lama kemudian, harta itu habis untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra menolak untuk membantu anakya.

Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa dan mantra. Jadi, dia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.

Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, “Akan kuberikan harta yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma.”

Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga beputar kembali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar menjadi abu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga.

Mendengar kematian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan. Segera dia mengunjungi Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala. Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, dia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi dapat hidup bersama.

“Kamu harus mulai hidup baru tetapi tidak di sini,” katanya. Dalam sekejap mata dia lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis yang mernisahkan dia dengan anaknya. Sekarang tempat itu menjadi selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali.
 
http://groups.yahoo.com/group/Batak_Gaul/message/96

Silsilah Dan Asal Usul Marga-Marga Batak dari Si Raja Batak

Horas...Somba marhula hula, Manat mardongan tubu, Elek marboru..


Berikut adalah silsilah marga-marga batak yang berasal dari Si Raja Batak yang disadur dari buku "Kamus Budaya Batak Toba" karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987. Silsilah Raja Batak ini dicoba diterjemahkan dalam bentuk postingan biasa, semoga tidak membingungkan bagi pembaca yang kebetulan ingin mencari asal mula marganya SI RAJA BATAK dan keturunannya.

SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu :

1. GURU TATEA BULAN.
2. RAJA ISOMBAON.GURU TATEA BULAN

Dari istrinya yang bernama SI BORU BASO BURNING, GURU TATEA BULAN memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :

- Putra :
a. SI RAJA BIAK-BIAK, pergi ke daerah Aceh.
b. TUAN SARIBURAJA.
c. LIMBONG MULANA.
d. SAGALA RAJA.
e. MALAU RAJA.

- Putri :
1. SI BORU PAREME, kawin dengan TUAN SARIBURAJA.
2. SI BORU ANTING SABUNGAN, kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA, putra RAJA ISOMBAON.
3. SI BORU BIDING LAUT, juga kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA.
4. SI BORU NAN TINJO, tidak kawin (banci).

TATEA BULAN artinya "TERTAYANG BULAN" = "TERTATANG BULAN".
RAJA ISOMBAON (RAJA ISUMBAON) RAJA ISOMBAON artinya RAJA YANG DISEMBAH. Isombaon kata dasarnya somba (sembah).

Semua keturunan SI RAJA BATAK dapat dibagi atas 2 golongan besar :
a. Golongan TATEA BULAN = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga GOLONGAN HULA-HULA = MARGA LONTUNG.
b. Golongan ISOMBAON = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga GOLONGAN BORU = MARGA SUMBA.

Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera SI SINGAMANGARAJA), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan SI RAJA BATAK.

SARIBURAJA dan Marga-marga Keturunannya SARIBURAJA adalah nama putra kedua dari GURU TATEA BULAN. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama SI BORU PAREME dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis).
Mula-mula SARIBURAJA kawin dengan NAI MARGIRING LAUT, yang melahirkan putra bernama RAJA IBORBORON (BORBOR). Tetapi kemudian SI BORU PAREME menggoda abangnya SARIBURAJA, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.
Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu LIMBONG MULANA, SAGALA RAJA, dan MALAU RAJA, maka ketiga bersaudara tersebut sepakat untuk membunuh SARIBURAJA. Akibatnya SARIBURAJA menyelamatkan diri dan pergi mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan SI BORU PAREME yang sedang dalam keadaan hamil.

Ketika SI BORU PAREME hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, Tetapi di hutan tersebut SARIBURAJA kebetulan bertemu kembali dengan SI BORU PAREME.
SARIBURAJA datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi "istrinya" di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan SI BORU PAREME di dalam hutan. SI BORU PAREME kemudian melahirkan seorang putra yang diberi nama SI RAJA LONTUNG.

Dari istrinya sang harimau, SARIBURAJA memperoleh seorang putra yang diberi nama SI RAJA BABIAT. Di kemudian hari SI RAJA BABIAT mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga BAYOANGIN, karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya.

SARIBURAJA kemudian berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus. SI RAJA LONTUNG, Putra pertama dari TUAN SARIBURAJA. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu :

- Putra :
a. TUAN SITUMORANG, keturunannya bermarga SITUMORANG.
b. SINAGA RAJA, keturunannya bermarga SINAGA.
c. PANDIANGAN, keturunannya bermarga PANDIANGAN.
d. TOGA NAINGGOLAN, keturunannya bermarga NAINGGOLAN.
e. SIMATUPANG, keturunannya bermarga SIMATUPANG.
f. ARITONANG, keturunannya bermarga ARITONANG.
g. SIREGAR, keturunannya bermarga SIREGAR.

- Putri :
a. SI BORU ANAKPANDAN, kawin dengan TOGA SIHOMBING.
b. SI BORU PANGGABEAN, kawin dengan TOGA SIMAMORA.

Karena semua putra dan putri dari SI RAJA LONTUNG berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama LONTUNG SI SIA MARINA, PASIA BORUNA SIHOMBING SIMAMORA. SI SIA
MARINA = SEMBILAN SATU IBU.

Dari keturunan SITUMORANG, lahir marga-marga cabang LUMBAN PANDE, LUMBAN NAHOR, SUHUTNIHUTA, SIRINGORINGO,
SITOHANG, RUMAPEA, PADANG, SOLIN.

Dari keturunan SINAGA, lahir marga-marga cabang SIMANJORANG, SIMANDALAHI, BARUTU. Dari keturunan PANDIANGAN, lahir
marga-marga cabang SAMOSIR, GULTOM, PAKPAHAN, SIDARI, SITINJAK, HARIANJA.

Dari keturunan NAINGGOLAN, lahir marga-marga cabang RUMAHOMBAR, PARHUSIP, BATUBARA, LUMBAN TUNGKUP, LUMBAN SIANTAR, HUTABALIAN, LUMBAN RAJA, PUSUK, BUATON, NAHULAE.

Dari keturunan SIMATUPANG lahir marga-marga cabang
TOGATOROP (SITOGATOROP), SIANTURI, SIBURIAN.

Dari keturunan ARITONANG, lahir marga-marga cabang OMPU SUNGGU, RAJAGUKGUK, SIMAREMARE.

Dari keturunan SIREGAR, lahir marga-marga cabang SILO, DONGARAN, SILALI, SIAGIAN, RITONGA, SORMIN.

SI RAJA BORBOR Putra kedua dari TUAN SARIBURAJA, dilahirkan
oleh NAI MARGIRING LAUT. Semua keturunannya disebut marga BORBOR. Cucu RAJA BORBOR yang bernama DATU TALADIBABANA (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :
1. DATU DALU (SAHANGMAIMA), Keturunan DATU DALU melahirkan marga-marga berikut :
a. PASARIBU, BATUBARA, HABEAHAN, BONDAR, GORAT.
b. TINENDANG, TANGKAR.
c. MATONDANG.
d. SARUKSUK.
e. TARIHORAN.
f. PARAPAT.
g. RANGKUTI.

2. SIPAHUTAR, keturunannya bermarga SIPAHUTAR.
3. HARAHAP, keturunannya bermarga HARAHAP.
4. TANJUNG, keturunannya bermarga TANJUNG.
5. DATU PULUNGAN, keturunannya bermarga PULUNGAN.
6. SIMARGOLANG, keturunannya bermarga SIMARGOLANG.

Keturunan DATU PULUNGAN melahirkan marga-marga LUBIS dan HUTASUHUT. LIMBONG MULANA dan Marga-marga Keturunannya LIMBONG MULANA adalah putra ketiga dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga LIMBONG. Dia mempunyai 2 orang putra, yaitu PALU ONGGANG dan LANGGAT LIMBONG.
Putra dari LANGGAT LIMBONG ada 3 orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga SIHOLE dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga HABEAHAN. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu LIMBONG.

SAGALA RAJA Putra keempat dari GURU TATEA BULAN. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga SAGALA.

LAU RAJA dan Marga-marga Keturunannya LAU RAJA adalah putra kelima dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga MALAU. Dia mempunyai 4 orang putra, yaitu :
a. PASE RAJA, keturunannya bermarga PASE.
b. AMBARITA, keturunannya bermarga AMBARITA.
c. GURNING, keturunannya bermarga GURNING.
d. LAMBE RAJA, keturunannya bermarga LAMBE. Salah seorang keturunan LAU RAJA diberi nama MANIK RAJA, yang kemudian menjadi asal-usul lahirnya marga MANIK.

TUAN SORIMANGARAJA dan Marga-marga KeturunannyaTUAN SORIMANGARAJA adalah putra pertama dari RAJA ISOMBAON. Dari ketiga putra RAJA ISOMBAON, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
a. SI BORU ANTING MALELA (NAI RASAON), putri dari GURU TATEA BULAN.
b. SI BORU BIDING LAUT (NAI AMBATON), juga putri dari GURU TATEA BULAN.
c. SI BORU SANGGUL HAOMASAN (NAI SUANON).

SI BORU ANTING MALELA melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DJULU (OMPU RAJA NABOLON), gelar NAI AMBATON.

SI BORU BIDING LAUT melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DIJAE (RAJA MANGARERAK), gelar NAI RASAON.
SI BORU SANGGUL HAOMASAN melahirkan putra yang bernama TUAN SORBADIBANUA, gelar NAI SUANON.

NAI AMBATON (TUAN SORBA DJULU / OMPU RAJA NABOLON) Nama (gelar) putra sulung TUAN SORIMANGARAJA lahir dari istri pertamanya yang bernama NAI AMBATON. Nama sebenarnya adalah OMPU RAJA NABOLON, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga NAI AMBATON menurut nama ibu leluhurnya.NAI AMBATON mempunyai 4 orang putra, yaitu :
a. SIMBOLON TUA, keturunannya bermarga SIMBOLON.
b. TAMBA TUA, keturunannya bermarga TAMBA.
c. SARAGI TUA, keturunannya bermarga SARAGI.
d. MUNTE TUA, keturunannya bermarga MUNTE (MUNTE, NAI MUNTE, atau DALIMUNTE). Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku "Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W. Hutagalung) :

a. Dari SIMBOLON : TINAMBUNAN, TUMANGGOR, MAHARAJA, TURUTAN, NAHAMPUN, PINAYUNGAN. Juga marga-marga BERAMPU dan PASI.
b. Dari TAMBA : SIALLAGAN, TOMOK, SIDABUTAR, SIJABAT, GUSAR, SIADARI, SIDABOLAK, RUMAHORBO, NAPITU.
c. Dari SARAGI : SIMALANGO, SAING, SIMARMATA, NADEAK, SIDABUNGKE.
d. Dari MUNTE : SITANGGANG, MANIHURUK, SIDAURUK, TURNIP, SITIO, SIGALINGGING.

Keterangan lain mengatakan bahwa NAI AMBATON mempunyai 2 orang putra, yaitu SIMBOLON TUA dan SIGALINGGING.
SIMBOLON TUA mempunyai 5 orang putra, yaitu SIMBOLON, TAMBA, SARAGI, MUNTE, dan NAHAMPUN. Walaupun keturunan NAI AMBATON sudah terdiri dari berpuluih-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antar sesama marga keturunan NAI AMBATON.
Catatan mengenai OMPU BADA, menurut buku "Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W. Hutagalung, OMPU BADA tersebut adalah keturunan NAI AMBATON pada sundut kesepuluh.Menurut keterangan dari salah seorang keturunan OMPU BADA (MPU BADA) bermarga GAJAH, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut :
a. MPU BADA ialah asal-usul dari marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, dan BARASA.
b. Keenam marga tersebut dinamai SIENEMKODIN (Enem = enam, Kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan MPU BADA pun dinamai SIENEMKODIN.
c. MPU BADA bukan keturunan NAI AMBATON, juga bukan keturunan SI RAJA BATAK dari Pusuk Buhit.
d. Lama sebelum SI RAJA BATAK bermukim di Pusuk Buhit, OMPU BADA telah ada di tanah Dairi. Keturunan MPU BADA merupakan ahli-ahli yang trampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
e. Keturunan MPU BADA menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah Dairi dan Tapanuli bagian barat.

NAI RASAON (RAJA MANGARERAK) : nama (gelar) putra kedua dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri kedua TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI RASAON. Nama sebenarnya ialah RAJA MANGARERAK, tetapi hingga sekarang semua keturunan RAJA MANGARERAK lebih sering dinamai orang NAI RASAON. RAJA MANGARERAK mempunyai 2 orang putra, yaitu RAJA MARDOPANG dan RAJA MANGATUR.

Ada 4 marga pokok dari keturunan RAJA MANGARERAK :
a. Dari RAJA MARDOPANG, menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga SITORUS, SIRAIT, dan BUTAR BUTAR.
b. Dari RAJA MANGATUR, menurut nama putranya, TOGA MANURUNG, lahir marga MANURUNG. Marga PANE adalah marga cabang dari SITORUS.
NAI SUANON (TUAN SORBADIBANUA) : nama (gelar) putra ketiga dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri ketiga TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI SUANON. Nama sebenarnya
ialah TUAN SORBADIBANUA, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai TUAN SORBADIBANUA. TUAN SORBADIBANUA mempunyai 2 orang istri dan memperoleh 8 orang putra. Dari istri pertama (putri SARIBURAJA) :
a. SI BAGOT NI POHAN, keturunannya bermarga POHAN.
b. SI PAET TUA.
c. SI LAHI SABUNGAN, keturunannya bermarga SILALAHI.
d. SI RAJA OLOAN.
e. SI RAJA HUTA LIMA. Dari istri kedua (BORU SIBASOPAET, putri Mojopahit) :
a. SI RAJA SUMBA.
b. SI RAJA SOBU.
c. TOGA NAIPOSPOS, keturunannya bermarga NAIPOSPOS. Keluarga TUAN SORBADIBANUA bermukim di Lobu Parserahan - Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, TUAN SORBADIBANUA menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata SI RAJA HUTA LIMA terkena oleh lembing SI RAJA SOBU. Hal tersebut
mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh TUAN SORBADIBANUA. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang 3 orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki gunung Dolok Tolong sebelah barat.
Keturunan TUAN SORBADIBANUA berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.

Keturunan SI BAGOT NI POHAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. TAMPUBOLON, BARIMBING, SILAEN.
b. SIAHAAN, SIMANJUNTAK, HUTAGAOL, NASUTION.
c. PANJAITAN, SIAGIAN, SILITONGA, SIANIPAR, PARDOSI.
d. SIMANGUNSONG, MARPAUNG, NAPITUPULU, PARDEDE.

Keturunan SI PAET TUA melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. HUTAHAEAN, HUTAJULU, ARUAN.
b. SIBARANI, SIBUEA, SARUMPAET.
c. PANGARIBUAN, HUTAPEA

Keturunan SI LAHI SABUNGAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. SIHALOHO.
b. SITUNGKIR, SIPANGKAR, SIPAYUNG.
c. SIRUMASONDI, RUMASINGAP, DEPARI.
d. SIDABUTAR.
e. SIDABARIBA, SOLIA.
f. SIDEBANG, BOLIALA.
g. PINTUBATU, SIGIRO.
h. TAMBUN (TAMBUNAN), DOLOKSARIBU, SINURAT, NAIBORHU, NADAPDAP, PAGARAJI, SUNGE, BARUARA, LUMBAN PEA, LUMBAN GAOL.

Keturunan SI RAJA OLOAN melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. NAIBAHO, UJUNG, BINTANG, MANIK, ANGKAT, HUTADIRI, SINAMO, CAPA.
b. SIHOTANG, HASUGIAN, MATANIARI, LINGGA, MANIK.
c. BANGKARA.
d. SINAMBELA, DAIRI.
e. SIHITE, SILEANG.
f. SIMANULLANG.

Keturunan SI RAJA HUTA LIMA melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. MAHA.
b. SAMBO.
c. PARDOSI, SEMBIRING MELIALA.

Keturunan SI RAJA SUMBA melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. SIMAMORA, RAMBE, PURBA, MANALU, DEBATARAJA, GIRSANG, TAMBAK, SIBORO.
b. SIHOMBING, SILABAN, LUMBAN TORUAN, NABABAN, HUTASOIT, SITINDAON, BINJORI.

Keturunan SI RAJA SOBU melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. SITOMPUL.
b. HASIBUAN, HUTABARAT, PANGGABEAN, HUTAGALUNG, HUTATORUAN, SIMORANGKIR, HUTAPEA, LUMBAN TOBING, MISMIS.

Keturunan TOGA NAIPOSPOS melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. MARBUN, LUMBAN BATU, BANJARNAHOR, LUMBAN GAOL, MEHA, MUNGKUR, SARAAN.
b. SIBAGARIANG, HUTAURUK, SIMANUNGKALIT, SITUMEANG.

***DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)

Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga
dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga). Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut: "Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang; Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan", artinya: "Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput; Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji". Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:
a. MARBUN dengan SIHOTANG.
b. PANJAITAN dengan MANULLANG.
c. TAMPUBOLON dengan SITOMPUL.
d. SITORUS dengan HUTAJULU - HUTAHAEAN - ARUAN.
e. NAHAMPUN dengan SITUMORANG.

CATATAN TAMBAHAN:

1. Selain PANE, marga-marga cabang lainnya dari SITORUS adalah BOLTOK dan DORI.

2. Marga-marga PANJAITAN, SILITONGA, SIANIPAR, SIAGIAN, dan PARDOSI tergabung dalan suatu punguan (perkumpulan) yang bernama TUAN DIBANGARNA.
Menurut yang saya ketahui, dahulu antar seluruh marga TUAN DIBANGARNA ini tidak boleh saling kawin. Tetapi entah kapan ada perjanjian khusus antara marga SIAGIAN dan PANJAITAN, bahwa sejak saat itu antar mereka (kedua marga itu) boleh saling kawin.

3. Marga SIMORANGKIR adalah salah satu marga cabang dari PANGGABEAN. Marga-marga cabang lainnya adalah LUMBAN RATUS dan LUMBAN SIAGIAN.

4. Marga PANJAITAN selain mempunyai ikatan janji (padan) dengan marga SIMANULLANG, juga dengan marga-marga SINAMBELA dan SIBUEA.

5. Marga SIMANJUNTAK terbagi 2, yaitu HORBOJOLO dan HORBOPUDI. Hubungan antara kedua marga cabang ini tidaklah harmonis alias bermusuhan selama bertahun-tahun, bahkan sampai sekarang. (mereka yang masih bermusuhan sering dikecam oleh batak lainnya dan dianggap batak bodoh)

6. TAMPUBOLON mempunyai putra-putra yang bernama BARIMBING, SILAEN, dan si kembar LUMBAN ATAS & SIBULELE. Nama-nama dari mereka tersebut menjadi nama-nama marga cabang dari TAMPUBOLON (sebagaimana biasanya cara pemberian nama marga cabang pada marga-marga lainnya).

7. Pada umumnya, jika seorang mengatakan bahwa dia bermarga SIAGIAN, maka itu adalah SIAGIAN yang termasuk TUAN DIBANGARNA, jadi bukan SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari SIREGAR ataupun LUMBAN SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari PANGGABEAN. Selanjutnya biasanya marga SIAGIAN dari TUAN DIBANGARNA akan bertarombo kembali menanyakan asalnya dan nomor keturunan. Kebetulan saya marga SIAGIAN dari PARPAGALOTE.

8. Marga SIREGAR, selain terdapat di suku Batak Toba, juga terdapat di suku Batak Angkola (Mandailing). Yang di Batak Toba biasa disebut "Siregar Utara", sedangkan yang di Batak Angkola (Mandailing) biasa disebut "Siregar Selatan".

9. Marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, BARASA, NAHAMPUN, TUMANGGOR, ANGKAT, BINTANG, TINAMBUNAN, TINENDANG, BARUTU, HUTADIRI, MATANIARI, PADANG, SIHOTANG, dan SOLIN juga terdapat di suku Batak Pakpak (Dairi).

10. Di suku Batak Pakpak (Dairi) terdapat beberapa padanan marga yaitu:
a. BUNUREA disebut juga BANUREA.
b. TUMANGGOR disebut juga TUMANGGER.
c. BARUTU disebut juga BERUTU.
d. HUTADIRI disebut juga KUDADIRI.
e. MATANIARI disebut juga MATAHARI.
f. SIHOTANG disebut juga SIKETANG.

11. Marga SEMBIRING MELIALA juga terdapat di suku Batak Karo. SEMBIRING adalah marga induknya, sedangkan MELIALA adalah salah satu marga cabangnya.

12. Marga DEPARI juga terdapat di suku Batak Karo. Marga tersebut juga merupakan salah satu marga cabang dari SEMBIRING.

13. Jangan keliru (bedakan):
a. SITOHANG dengan SIHOTANG.
b. SIADARI dengan SIDARI.
c. BUTAR BUTAR dengan SIDABUTAR.
d. SARAGI (Batak Toba) tanpa huruf abjad "H" dengan SARAGIH (Batak Simalungun) ada huruf abjad "H".

14. Entah kebetulan atau barangkali memang ada kaitannya, marga LIMBONG juga terdapat di suku Toraja di pulau Sulawesi.

15. Marga PURBA juga terdapat di suku Batak Simalungun.

Mauliate godang, Horas.........

Arti Ulos

 Arti Ulos

Mangulosi adalah suatu kegiatan adat yang sangat penting bagi orang batak. Dalam setiap kegiatan seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu di ikut sertakan.

Menurut pemikiran moyang orang batak, salah satu unsur yang memberikan kehidupan bagi tubuh manusia adalah “kehangatan”. Mengingat orang-orang batak dahulu memilih hidup di dataran yang tinggi sehingga memiliki temperatur yang dingin.


Demikian juga dengan huta/kampung yang ada di daerah tapanuli umumnya di kelilingi dengan pepohonan bambu. Dimana memiliki kegunaan bukan hanya sebagai pagar untuk menjaga serangan musuh saja, namun juga menahan terjangan angin yang dapat membuat tubuh menggigil kedinginan.

Ada 3 hal yang di yakini moyang orang batak yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia, yaitu : Darah, Nafas dan Kehangatan. Sehingga “rasa hangat” menjadi suatu kebutuhan yang setiap saat di dambakan.

Ada 3 “sumber kehangatan” yang di yakini moyang orang batak yaitu : matahari, api dan ulos. Matahari terbit dan terbenam dengan sendirinya setiap saat. Api dapat di nyalakan setiap saat, namun tidak praktis untuk di gunakan menghangatkan tubuh, misalnya besarnya api harus di jaga setiap saat sehingga tidur pun terganggu. Namun tidak begitu halnya dengan Ulos yang sangat praktis digunakan di mana saja dan kapan saja.

Ulos pun menjadi barang yang penting dan di butuhkan semua orang kapan saja dan di mana saja. Hingga akhirnya karena ulos memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat batak. Dibuatlah aturan penggunaan ulos yang di tuangkan dalam aturan adat, antara lain :

Ulos hanya di berikan kepada kerabat yang di bawah kita. Misalnya Natoras tu ianakhon (orang tua kepada anak).

Ulos yang di berikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan di beri ulos. Misalnya Ragihotang di berikan untuk ulos kepada hela (menantu laki-laki).

Sedangkan menurut penggunaanya  antara lain :

Siabithonon (dipakai ke tubuh menjadi baju atau sarung) digunakan ulos ragidup, sibolang, runjat, jobit dan lainnya.

Sihadanghononhon (diletakan di bahu) di gunakan ulos Sirara, sumbat, bolean, mangiring dan lainnya.

Sitalitalihononhon (pengikat kepala) di gunakan ulos tumtuman, mangiring, padang rusa dan lain-lain.

Saat ini kita tidak membutuhkan ulos sebagai penghangat tubuh di saat tidur ataupun saat beraktifitas, karena ada berbagai alat dan bahan yang lebih maju untuk memberi kehangatan bagi tubuh pada saat berada pada udara yang sangat dingin. Tetapi Ulos sudah menjadi perlambang kehangatan yang sudah mengakar di dalam budaya batak.

Namun ini juga menjadi tantangan bagi budaya batak di masa depan, karena cara pandang dan penghargaan anak-anak muda masa depan sangat berbeda dengan para orang tua yang sempat merasakan berharganya nilai ulos dalam kekerabatan. Akankah anak-anak kita memandang ulos seperti memandang “kain pada umumnya”, bahkan lebih parahnya setelah kain tersebut di gunakan dalam acara adat yang melelahkan kemudian ulos tersebut tersimpan rapat dalam lemari saja.

Sangat berbeda “rasanya” dengan dengan menggunakan setelan jas yang modis dan ingin menggunakannya lagi dan lagi begitu setiap saat.

Jangan-jangan yang terbayang dalam pikiran mereka saat melihat ulos yang tergolek dalam lemari adalah acara adat yang melelahkan, njelimet adatnya, pusing karena gak tau bahasa batak, malu karena gak pinter martutur (menempatkan diri dalam pertalian darah atau keturunan).

Akan sangat banyak tantangan masa depan yang akan menghimpit “niat maradat” bagi generasi muda masa depan. Seperti masalah ke uangan, penggunaan waktu, perkembangan pola pikir praktis, berkurangnya “rajaparhata” (orang yang mengetahui adat dan dapat memandu kegiatan adat dari awal hingga akhir). Sekali lagi ini tantangan yang harus kita antisipasi sebagai “halak hita”.

SEJARAH BERDIRINYA PPTSB 1940 DI MEDAN

SEJARAH BERDIRINYA PPTSB 1940 DI MEDAN

Perkumpulan Sinaga terinspirasi dari perkumpulan Si Raja Lontung yang ada di Medan pada Tahun 1938, yakni Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang dan Siregar, beserta Boru yaitu Sihombing-Simamora. Pengurus pada waktu itu adalah St. Christian Radjagoekgoek sebagai Ketua dan dibantu oleh Herman Sinaga dan Monis Levi Sinaga.

Pada tahun 1940, timbul keinginan marga Sinaga untuk membentuk kesatuan tersendiri. Untuk maksud itu dibentuklah Panitia untuk mencari/mengumpulkan anggota yakni:
Ketua               : Ranatus Sinaga (Peg. OGEM).
Sekretaris         : Djongok Manase Sinaga (Peg. Dunlop).
Anggota           : Monis Levi Sinaga (Polisi/Reserse), Simon Sinaga, Boengaran Sinaga (Peg. Percetakan Sinar Deli Courant), Herman Sinaga (Peg. Contabiliteit / KPN).

Setelah anggota terkumpul diadakan Rapat Anggota (setelah mendapat izin dari Pemerintah Hindia Belanda cq. PID melalui M. Levi Sinaga, waktu itu harus demikian). Rapat diadakan pada tanggal 15 Desember 1940, bertempat di Gedung Chrestelijke Batak School (CBS) di Jl. Sei Kera, Medan. Hasil Rapat antara lain:
1.      Terbentuk Parsadaan Pomparan Toga Sinaga (PPTS) Medan, Langkat dan Deli Serdang.
2.      Yang berhak menjadi anggota adalah warga Sinaga beserta muda-mudi Sinaga dan boru Sinaga atau Sinaga/Boru.
3.      PPTS didirikan sejak tanggal 15 Desember 1940 dan nama ini digunakan selama 29 tahun.

KEGIATAN/JALANNYA ORGANISASI Periode – I Tahun 1940 – 1951

Susunan Pengurus:
Voorzitter/Ketua                       : Herman Sinaga,
Sekretaris                                 :Djongok Manase Sinaga.
Penningmeester/Bendahara       : Boengaran Sinaga.
Ajun Penningmeester                : S.W. Maroehoem Sinaga.
President Commiss                   : Renatus Sinaga.
Commissarissen/Komisaris        : M. Levi Sinaga, Simson Sinaga, Alexander Sinaga, Josia Sinaga.
Adviseur/Penasehat                  : Melanton Sinaga.

Kegiatan
Sesudah PPTS berdiri dengan kepengurusan lengkap, disusunlah AD/ART. Beberapa poin penting dalam AD/ART adalah: agar saling membantu dalam suka dan duka melalui Steinfonds (Derma), Spaarfonds (Menyimpan uang pada PPTS) dan mendirikan Verbruiks Cooperative (Koperasi keperluan rumah tangga).

Sesuai dengan peraturan Pemerintah Hindia Belanda, bahwa setiap organisasi yang akan berdiri harus dilaporkan dan disahkan. Atas dasar ini, pengurus PPTS melaporkan membuat usulan pendirian PPTS secara lengkap dengan melampirkan AD/ART. Karena PPTS adalah organisasi yang tidak berbau, maka Pemerintah Hindia Belanda PPTS mengesahkan sebagai suatu organisasi resmi dengan Surat No. 8027 Medan 29 April 1941 ditanda tangani oleh wg. Van Gelder.

Tetapi tak lama setelah pengesahan tersebut, salah seorang pengurus yakni sekretaris Djongok Manase Sinaga wafat pada tanggal 17 Mei 1941. Sebagai gantinya pengurus mengangkat Arcenius Sinaga menjadi Secretaris, sedangkan Pimpinan Cooperative diserahkan kepada Boengaran Sinaga bekerja sama dengan Renatoes Sinaga dan Herman Si-naga. Mereka mendatangkan beras dari Porsea dan Balige, juga meyediakan gula, sabun, kain panjang/batik dan lain-lain, yang pembayarannya didahulukan/dijamini dari toke, kemudian diantar ke rumah anggota pakai bon, dengan ketentuan bulan berikutnya harus dibayar. Demikianlah usaha tersebut berjalan dengan lancar.

Masa-masa Peralihan

Pada masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda tahun 1942–1945, banyak terjadi perubahan, terutama keadaan Ekonomi yang sangat sulit, khususnya kebutuhan sandang dan pangan yang sangat minim. Akibatnya kegiatan PPTS pun terpengaruh oleh kondisi perekonomian saat itu.

Kondisi demikian berlanjut terus sampai Jepang menyerah tanpa syarat tahun 1945 karena Nagasaki dan Hirosima dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat.

Indonesia memanfaatkan keadaan itu dengan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, yang sekaligus menantang Belanda (NICA) dan sekutunya yang ingin mengembalikan Pemerin-tahan Hindia Belanda (Aksi I dan Aksi II, tahun 1947–1949).

Periode – II, Tahun 1951-1955

Tahun 1949–1950 pada Jam 00.00 De Yure Indonesia
Rakyat yang sempat mengungsi sudah bisa masuk kembali ke Medan, sehingga warga PPTS pun dapat bergabung kembali. Pada tanggal 8 Juli 1951, PPTS mengadakan rapat anggota bertempat di Gedung SMA 1 Jl. Seram Medan dengan acara:
  1. Peninjauan kembali AD/ART 1940 terutama mengenai limit waktu dari 29 tahun lalu dapat di perpanjang kembali.
  2. Pemilihan Pengurus Baru.

Susunan Pengurus
Ketua                                       : M. Kasan Sinaga (Dir. NV Remeka).
Wakil Ketua                             : Boengaran Sinaga (Peg. Per. Sinar Deli Courant).
Setia Usaha-Bendahara            : Arcenius Sinaga (Peg. Air Bersih).
Pembantu Komisaris                 : K. Sinaga (Kampoeng Hamdan), J.F. Sinaga (Jl. Serdang), Kasiman Sinaga (Jl. Serdang), Jason Sinaga (Jl. Gudang), Ruben Sinaga (Sukaraja/Pintu Air).
Penasehat                                 : Pendeta Jona Sinaga (Jl. Arjuna No.2).


Periode–III, Tahun 1955-1959

Pada Tahun 1955 diadakanlah rapat anggota untuk pemilihan pengurus baru yakni:
Ketua I dan II                           : M. Kasan Sinaga dan Boengaran Sinaga.
Sekretaris/Benda-hara              : Arcenius Sinaga dan Karmen Si-naga.
Komisaris Kepala                     : SM. Cyrus Sinaga.
Komisaris 1 s/d 14                   : Titus Sinaga, (Medan Baru I), Jaripin Sinaga (Medan Baru II), Ardin Sinaga (Skip/Medan Barat), Laban Sinaga (Polonia), Jason Sinaga (Polonia/Pem-bantu), Kasianus Sinaga (Kp. Hamdan Jati Ulu), W. Paltitua Sinaga (Kp.Hamdan Jati Ulu/Pembantu), Ruben Sinaga (Sukaraja-Pintu Air), Hellerius Sinaga (Sukaraja-Pintu Air/Pembantu), Buhit Situmorang (Kp. Teladan/Granada Hotel), Epharain Sinaga (Sukaramai), Kasiman Sinaga (Kp. Pandau & Sekitar), H.Locyus Sinaga (Kp. Durian Sidorame Barat), Petrus Lumbantoruan (Kebon Pisang Sidorame Timur).
Penasehat                                 : Pendeta Domitian Sinaga.

Berdirinya PNBTS
Selain muda-mudi Sinaga yang orang tuanya berdomisili di Medan, banyak juga muda-mudi yang datang dari Bona Pasogit yang bekerja dan belajar sebagai siswa atau mahasiswa. Atas dasar ini, dibentuklah kesatuan muda-mudi tersendiri yang disebut Punguan Naposo Bulung Toga Sinaga (PNBTS) dan diangkatlah Pengurus – I, yakni :

Ketua                           : Hosdiaman P. Sinaga (Fak. Kedokteran USU).
Sekretaris                     : Nagauruk Sinaga. Bendahara: Remi br. Sinaga.
Komisaris/Pembantu     : T. Mangipul Sinaga, M. Tua Sinaga, M. Jhonny Sinaga.
Penasehat                     : Arcenius Sinaga (Sekretaris/Bendahara PPTS), Kasiman Sinaga (salah seorang Komisaris PPTS).

Untuk mengisi kas PNBTS, oleh Sekretaris/Bendahara PPTS Arcenius Sinaga, menyarankan agar PNBTS mencetak Kalender tahun 1956 dan diedarkan ke anggota PPTS. Kegiatan utama PNTBS saat itu adalah turut anbil bagian dalam kegiatan suka duka dalam lingkungan PPTS baik itu dalam duka maupun dalam suka cita. Misalnya pada ulang tahun PPTS, PNBTS sangat membantu.

Periode – IV, Tahun 1959-1964

Pada tahun 1959 diadakanlah rapat anggota untuk memilih pengurus baru, yakni:
Ketua I dan II                           : M. Kasan Sinaga dan Mangantar Sinaga.
Sekretaris/Benda-hara I-II        : Kasiman Sinaga, Malim Sinaga dan Adinar Sinaga.
Komisaris 1-14                        : Titus Sinaga, (Medan Baru I), Jaripin Sinaga (Medan Baru II), Ardin Sinaga (Skip/Medan Barat), Laban Sinaga & Jason Sinaga (Polonia), Kasianus Sinaga & W. Paltitua Sinaga (Kp.Hamdan Jati Ulu), Ruben Sinaga & Hellerius Sinaga (Sukaraja-Pintu Air), Buhit Situmorang (Kp.Teladan), Epharain Sinaga (Suka-ramai), Kasiman Sinaga (Kp. Pandau & Sekitar), H. Locyus Sinaga (Kp. Durian Sidorame Barat), Petrus Lumbantoruan (Kebon Pisang Sidorame Timur).
Penasehat                                 : Arcenius Sinaga, Boengaran Sinaga, Johannes Sinaga.


Berdirinya sektor-sektor
Berhubung dengan semakin ba-nyaknya anggota atau marga Sinaga dan bertempat tinggal hampir diseluruh pelosok Medan sekitarnya, maka untuk menggalang persaudaraan dibutuhkan-lah pengurus yang dapat menjangkau anggota dimaksud. Sehingga disepakati bahwa seluruh wilayah yang terdiri dari 11 komisaris dibuat menjadi sektor dan pengurusnya diangkat oleh anggota di sektor-sektor. Oktober 1961 sektor per-tama berdiri yang digagasin oleh Malim SInaga (Amani Halomoan) di Jl. Sentosa Baru No. 20 Medan, lalu di susul register sektor I Kampungdurian.

Periode–V, Tahun 1964-1966

Perubahan Organisasi
Seiring dengan kepindahan Letkol.Pol. Drs. Mula Horas Sinaga dari Surabaya menjadi Asisten–II pada Kantor Polisi Wilayah SUMUT yang bertempat tinggal di Hotel De Boer (Dharma Deli). May. TNI M.S Mardame Sinaga Menjumpai beliau agar bersama-sama membina PPTS di Medan. Beliau menyambutnya dengan senang hati. Kemudian diadakanlah rapat anggota tanggal 12 April 1964 di Gedung SMA 2 Jl. Serdang Medan. Adapun keputusan rapat adalah :
a. Penyesuaian AD/ART mulai berlaku sejak 1 Mei 1964
b. Pembentukan pengurus pusat beserta seksi-seksi
c. Usul yang akan dibawa ke Mubes yang akan diadakan, agar keluarga Boru dalam nama PPTS menjadi PPTSB.

Rapat-rapat:
a. Rapat Paripurna, Sidang leng-kap Pengurus Pusat beserta Pengurus Cabang/Sektor.
b. Rapat Pengurus Pusat, anggota pengurus pusat beserta anggota pengurus cabang/sektor.

Pengurus PPTS Pusat-1, Periode Tahun 1964-1966 adalah sebagai berikut:
Ketua Umum                : Letkol.Pol. Drs. Mula Horas Sinaga (Komdaksu).
Ketua I                         : St. Arcenius Sinaga (Air Bersih).
Ketua II                       : May. TNI M.S Mardame Sinaga (Kodam).
Sekretaris Umum          : Karmen Sinaga (Kantor Perdagangan Sumut).
Sekretaris I                   : T. Duduk Sinaga (Ketua Pengangkutan Desa Maju).
Sekretaris II                 : Johannes P. Sinaga.
Bendahara I                  : St. Malim Sinaga (Amani Halomoan), dkk Medan.
Bendahara II                : Jan Piter Sinaga (Keu-Kodak).
Seksi Adat                   : Adrianus Sinaga, Gr. Odi Julianus Sinaga; Bungaran Sinaga.
Seksi Sosial                  : M. Kasan Sinaga; T. Duduk Sinaga; Aman Sihol Sinaga.
Seksi Pen-didikan         : Binsar Sinaga Bsc; Mangiring Sinaga.
Seksi Yayasan              ; E. Sinaga (Direktur Pendidikan Perawat), Tahi Raja Sinaga, Adinar Sinaga (Agraria).
Seksi Publikasi : Gr. Petrus Sinaga (Wkl. Ketua DPR Kodya Medan); Elancyus Sinaga (RRI Medan).
Seksi PNBTS               : Belman Sinaga; Maruli Sinaga; Jannus Sinaga; T.M. Halomoan Sinaga.


Pembantu-Pembantu:
1. Ketua PPTS Sektor Kp. Durian/Sidorame Barat,
2. Ketua PPTS Sektor Kebon Pisang/Sidorame Timur,
3. Ketua PPTS Sektor Sekip/Medan Barat,
4.Ketua PPTS Sektor Medan Baru,
5. Ketua PPTS Sektor Medan Timur/Sukaramai,
6.Ketua PPTS Sektor Medan Selatan/Pintu Air. Ketentuan pada saat itu, apabila sudah ada anggota 25 (duapuluh lima) KK   dapat menjadi satu sektor.

Mubes – I, tanggal 21-22 September 1966 di Medan

Setelah terbentuknya pengurus PPTS Pusat secara lengkap sampai kepada seksi-seksi, maka kegiatan dan usaha-usaha PPTS semakin berjalan dengan baik. Koordinasi sesama marga Sinaga baik yang ada di kampung maupun yang ada di kota semakin baik. Dengan demikian timbullah niat untuk mengundang para pengetua dan cerdik pandai marga Sinaga dari daerah-daerah untuk mengadakan Musyawarah Besar guna membentuk kesatuan Sinaga Se-Indonesia. Selanjutnya terselenggaralah Musyawarah Besar Sinaga se- Indonesia (Mubes–1) yang diadakan pada tanggal 21-22 September 1966, bertempat di Gedung Bhayangkara Polisi di Jl. Bali Medan (sekarang Jl. Veteran).

Keputusan Mubes–I
a. Sesuai dengan usul dari pihak Boru Sinaga, yakni agar mereka juga diikut-sertakan secara resmi dalam organisasi PPTS, maka dirubahlah PPTS menjadi Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boruna (PPTSB).
b. Direncanakan membangun Tugu Parsadaan Toga Sinaga di Urat – Sa-mosir.
c. Supaya dibentuk cabang-cabang di Kabupaten atau Provinsi demikian juga anak cabang/sektor.
d. Mengenai silsilah agar masing-masing membuat terlebih dahulu silsilah tentang dirinya yang kemudian dikirim-kan kepada pengurus untuk disusun oleh seksi adat.

Susunan pengurus PPTSB Pusat Periode–I, tahun 1966–1974 adalah sebagai berikut:

Ketua Umum:Letkol Pol. Drs. Mula Horas Sinaga,. Ketua I – VI: May. TNI M.S Mardame Sinaga; Tahi Raja Sinaga; T. Kaliamta Sinaga; S. Kanianus Sinaga; St. Arcenius Sinaga; Jaha Mulia Sinaga. Sekretaris Umum: Karmen Sinaga. Sekretaris I – III: Nagauruk Sinaga; Drs. M.A.T. Sihaloho, M. Rajiun Sinaga. Bendahara I: A.Cyrus Sinaga. Benda-hara Pembantu Umum: T. Duduk Si-naga; Drs. J. Pontas Sinaga. Pelindung : Letkol TNI T.P.R Sinaga. Penasehat: Bisara Sinaga, SH; Sojuangon Sinaga; Herman Sinaga; May. J.F. Sinaga; M. Kasan Sinaga; Pdt. Herman Sinaga; S.M. Cyrus Sinaga; Bungaran Sinaga; Ka-siman Sinaga; Dr. Hosdiman P. Sinaga; Kristian Sinaga; Jalongos Sinaga (Riau); Manase Sinaga (Surabaya); R. Kaliamsa Sinaga (Bogor); A. Sinaga (Banjarmasin), Overste Justin Sinaga (Bandung); Overste Johannes Sinaga, SH (Jakarta). Komisaris: Semua Ketua Cabang. Seksi-seksi: Ditetapkan Pimpinan Harian Pusat dalam Tingkat Wilayahnya.

Berdirinya Tugu Pemersatu Toga Sinaga di Urat-Samosir

Setelah Mubes-I, pengurus PPTSB Pusat secara bergantian mengadakan pelantikan pengurus cabang di daerah-daerah, sekaligus mensosialisasikan dan merampungkan rencana mendirikan Tugu Toga Sinaga di Urat-Samosir. Untuk itu dibentuklah panitia yang bekerja sama dengan Pengurus Pusat guna mengumpulkan dana melalui pengedaran kupon hingga sampai ke pe-losok-pelosok di manapun masyarakat Sinaga berada.

Peresmian Tugu Toga Sinaga

Atas kegigihan Pengurus Pusat bersama panitia, selesailah pembangu-nan tugu. Acara peresmian diseleng-garakan dengan Pesta Ria selama 7 hari yakni tanggal 7 s/d 14 Juni 1970 di Urat (pada waktu itu ongkos kapal gratis bagi semua pengunjung pergi dan pulang). Karena masih banyaknya hal-hal administrasi, keuangan, dan pertang-gungjawaban pelaksanaan pembangu-nan dan peresmian Tugu yang bharus diselesaikan, maka disepakati bahwa pengurus periode V yang telah habis diperpanjang sampai tahun 1974.

Mubes – II, tanggal 27 – 28 Juni 1974 di Pematang Siantar

Mubes – II, baru dapat diselengg-arakan pada tahun 1974 yakni tanggal 27 – 28 Juni 1974, di P. Siantar. Pengu-rus PPTSB Pusat Periode – II Tahun 1974 – 1977 adalah sebagai berikut :

Pelindung: Kol. T.P.R. Sinaga (Bupati Simalungun). Penasehat: Let-kol. Bisara Sinaga, SH; Herman Sinaga. M. Kasan Sinaga; Bungaran Sinaga; S.M. Cyrus Sinaga; H. Ulak-ma Sinaga; P. Waldemar Sinaga; Dr. Jetro Sinaga; Jadiman Sinaga; Mintam Sinaga; Ja-longos Sinaga.

Ketua Umum: Drs. M. Horas Sinaga. Ketua 1 – 7 : M.S Mardame Sinaga; Tahi Raja Sinaga; S. Kasianus Sinaga; St. Arcenius Sinaga; Gr. Petrus Sinaga; T. Duduk Sinaga; Drs. J. Pontas Sinaga. Sekretaris Umum: Karmen Sinaga. Se-kretaris 1-3: Nagauruk Sinaga; Drs. Mangapul Sinaga; M.Rajiun Sinaga.

Bendahara Umum: A. Cyrus Sinaga. Bendahara 1-3: 1.Drs. Gustaf Si-naga, 2. Sekata Sinaga, 3. F. Sigalingging. Komisaris: Semua Ketua Cabang. Seksi-seksi: Ditetapkan Pengurus Harian Pusat.

Pengurus yang baru diangkat, dengan semangat tinggi, berencana dan berusaha untuk dapat mendirikan Tugu yang hidup yakni mendirikan asrama guna menampung anak dan boru Sinaga yang berasal dari kampung (luar Medan) untuk meneruskan studi pada perguruan tinggi/mahasiswa di Medan. Diada-kanlah kerja sama Pengurus dan Pengetua-pengetua (tokoh-tokoh) yang mampu meminjamkan uangnya tanpa bunga kepada PPTSB masing-masing Rp.20.000/RT (bahkan ada yang lebih dari jumlah itu) untuk dipakai membeli pertapakan asrama dimaksud, yang diprakarsai oleh Pengurus PPTSB Ca- bang Medan dengan pengurus PPTSB Pusat.

Pada tahun 1974 terjadi pergantian pengurus PPTSB Cabang Medan, yakni dari kepengurusan yang diketuai oleh Drs. J.P Sinaga kepada kepengurusan baru yaitu:

Ketua 1 – 3: Adian Sinaga; Eliprain Sinaga, St. Adinar Sinaga.
Sekretaris 1 – 2 : St. J.A Sinaga; Drs. Petrus Sinaga. Bendahara: Simanungkalit.

Selanjutnya pada tahun 1977 terjadi pergantian Pengurus PPTSB Cabang Medan, Yakni:

Ketua 1-3: Adian Sinaga; Ser-ka. Pol Jannus Sinaga; R.M Sinaga.
Sekretaris 1- 2: J.B Sinaga; St. Marsingkat Sinaga. Bendahara : Brusel P. Girsang.

Pada dua periode kepengurusan ini, setiap rapat cabang dan sektor selalu membicarakan rencana pembangunan asrama PPTSB dimaksud. Timbul kesepakatan bahwa pada Pesta Ulang Tahun PPTSB Cabang Medan pada ta-hun 1977, sekaligus diadakan Pengum-pulan Dana yang akan digunakan mem-beli pertapakan guna membangun Asrama PPTSB di Medan. Dana yang terkumpul sejumlah Rp.4.250.000,-. Dari sebagian dana yang terkumpul, dibe-likan pertapakan seluas 72 x 20 m=2.160 m2
yang terletak di Jl. Kenanga Raya No.101 Tanjung Sari Medan. Sisa dana sejumlah Rp.1.334.000,- (satu juta tiga ratus tiga puluh empat ribu rupiah) diserahkan kepada Pengurus PPTSB Pusat (Kol. M.S. Mardame Sinaga), un-tuk selanjutnya digunakan sebagai modal kerja dalam pendirian asrama PPTSB yang dicita-citakan bersama.

Mubes – III, 28 – 29 Oktober 1977 Di Medan

Mubes-III diadakan pada tanggal 28-29 Oktober 1977 bertempat di rumah Ketua Umum Letkol Drs. M. Horas Sinaga di Jl. Khairil Anwar No.1 Medan. Pada Mubes – III tersebut terpilih pengurus PPTSB Pusat yang baru untuk periode – III, tahun 1977 – 1980, yakni:

Ketua Umum: Kol. M.S Mardame Sinaga. Ketua 1-6 : S. Kasianus Sinaga; A. Cyus Sinaga; Drs Gustaf Sinaga. (Biro Keu Kantor Gubsu); Haji T. Mangipuk Sinaga (Kantor Agraria); May.Laut E. Sinaga (Angkatan Laut); Drs. T.M. Halomoan Sinaga (Inspektorat Kantor Gubsu).

Sekretaris Umum: A.J Sinaga. Sekretaris I – III : Jaman Sinaga; A. Sinaga; J.B Sinaga (Asuransi Bumi Putra). Bendahara Umum: Sahata Sinaga (Kantor Inspeksi Pajak). Bendahara I & II: Drs. Piter Galogat Sinaga (Ktr. Inspeksi Pajak); Ir.J.Gusia Sinaga. Pena-sehat: T.R. Sinaga; B. Sinaga; St.A. Sinaga; Drs.M.H Sinaga, M.R. Sinaga; P.Sinaga; Drs. Mangapul Sinaga.

Berdirinya Asrama PPTSB di Medan

Setelah Mubes – III, pengurus baru berusaha semaksimal mungkin agar pembangunan Asrama siswa/mahasiswa dapat terealisasi secepatnya. Untuk itu pengurus membuat suatu gerakan pe-ngumpulan dana secara massal dengan cara mengedarkan kupon @ Rp.5000,- per RT sekaligus sebagai tanda anggota PPTSB ditambah dengan sumbangan sukarela dari para anggota untuk menam-bah dana yang telah diterima dari Cabang Medan. Maka terealisasilah pembangunan Asrama PPTSB di atas per-tapakan di Jl. Kenanga Raya No.101 Tanjung Sari Medan, dan diresmikan pada tanggal 28 Juni 1981.

MUBES – IV, 1980 DI URAT – SAMOSIR

Mengingat bahwa genaplah 10 (sepuluh) tahun (1970–1980) berdirinya Tugu Toga Sinaga di Urat – Samosir, maka disatukanlah pesta dasawarsa 10 tahun Tugu Toga Sinaga dengan Mubes – IV dan diadakan di bona Pasogit Urat-Samosir pada tahun 1980. Pesta dan Mubes ini berjalan dengan baik dan meriah dihadiri utusan dari daerah antara lain Jawa Barat, Jakarta, Pekan Baru, Aceh Tenggara dan lain-lain.

Dalam Mubes ini diadakan pemi-lihan pengurus PPTSB Pusat Periode – IV tahun 1980-1983 yakni :
Ketua Umum: M.S. M Sinaga.
Ketua 1 – 7 : S.K. Sinaga; A. Sinaga; E. Sinaga; Drs. L. Sinaga; S.M. Sinaga (Notaris); V.Sinaga Berutu; S.M Sinaga (Belawan).
Sekretaris Umum: J.B Sinaga.
Sekretaris I – III: B.P. Sinaga; Lettu. TNI. Paulus Sinaga; B. Tambunan.
Bendahara Umum: Sahata Sinaga.
Bendahara I & II: St.S.T. Sinaga; J.F. Sidabalok.

Pada Periode 1980-1983. Asrama yang telah siap dibangun dibenahi penyekatan dan perlengkapan tempat tidur, meja belajar, meja makan dan lain-lain. Namun ironisnya tak seorang pun yang mendaftarkan diri untuk tinggal di asrama itu. Penyebabnya mungkin karena lokasi pada saat itu agak jauh dari kampus USU, sementara pengangkutan kota belum selancar sekarang ini.

MUBES–V, 28–30 OKTOBER 1983 DI MEDAN

Mubes-V diadakan pada tanggal 28-30 Oktober 1983 bertempat di Aula Asrama PPTSB Jl. Kenanga Raya No.101 Tanjung Sari Medan. Pengurus yang diangkat untuk periode V tahun 1983–1986 adalah:

Ketua Umum: M.S.M. Sinaga.
Ketua 1-9: S.K Sinaga;Krisman Sinaga; Sonda Mulia Sinaga; A. Cyus Sinaga; Saur Monang Sinaga; Drs. Molan Sinaga; May. D.H. Sinaga; L.M. Sinaga; St S.M.H Sinaga.
Sekretaris I-III: Marsingkat Sinaga; Torang Sinaga; Kapten H. Hutapea.
Bendahara Umum: Sahata Sinaga.
Ben-dahara I-II: Drs. Sahat Silaen; J.F. Sidabalok.

Peralihan Asrama Menjadi Rumah Sekolah

Berhubung karena asrama belum berfungsi karena tidak ada yang men-daftarkan diri untuk tinggal disana, maka banyak dari peserta Mubes, terutama dari kalangan praktisi pendidikan, meng-usulkan agar Asrama dialih fungsikan menjadi Rumah Sekolah. Setelah diper-timbangkan bersama, maka disepakati alih fungsi tersebut, yaitu dari asrama menjadi gedung peruntukan sekolah SMP/SMA.

Segera setelah Mubes selesai Pengurus mengadakan rapat pembentukan Yayasan Pendidikan Sepadan (Sepadan, nama yang disepakati bersama, red) dan diangkatlah pengurus yakni:
Ketua: A. Cyus Sinaga.
Sekretaris: Marsingkat Sinaga. Anggota: Semua Tenaga Pengajar/Guru.

Pada tahun 1984 mulai diadakan penerimaan murid baru untuk tahun ajaran 1984/1985. Sayangnya, satu orangpun tidak ada yang mendaftarkan diri menjadi murid pada tahun ajaran tersebut. Baru pada tahun ajaran 1985/1986 ada murid yang mendaftar yakni untuk Siswa SMP Kelas I sebanyak 12 Orang dan Siswa Kelas I sebanyak 7 orang.

Karena jumlah siswa SMP hanya 12 orang dan siswa SMA 7 orang, maka tentunya kondisi ini tidak cukup me-nutupi biaya rutin. Meskipun demikian para anggota terutama para pengurus tetap berusaha menanggulanginya. Atas dorongan para guru dan keyakinan bahwa tahun ajaran 1986/1987 akan ber-tambah minat pelajar mendaftar, maka dibangunlah ruangan kelas sebanyak 3 lokal lagi. Dana dan pelaksanaan bangu-nan ini diserahkan kepada Ir. Marhutala Sinaga, yang akan dibayar kemudian setelah Mubes–VI yang akan datang di Sidikalang.

MUBES – VI, 31 OKT – 2 NOP 1986 DI SIDIKALANG-DAIRI

Mube-VI diadakan pada tanggal 31 Oktober-2 Nopember 1986 di Sidikalang-Dairi.

Dalam rangka Mubes tersebut diadakan kegiatan penghijauan mas-sal oleh warga Toga Sinaga dan Boru di Dairi, bhakti sosial pengobatan gratis dan pemberian sumbangan kegiatan kemanusiaan kepada Yayasan Dana Gotong Royong yang yang dipimpin Ibu Tien Soeharto sebanyak 2 (ton) beras. Mubes tersebut juga diramaikan dengan Pesta Ultah PPTSB Cabang Dairi dihadiri ribuan warga Toga Sinaga.

Susunan Pengurus PPTSB Pusat Periode-VI Tahun 1986-1989 adalah
Ketua Umum: M.SM Sinaga.
Ketua 1-13 : S.K. Sinaga; A.C. Sinaga; Ir. Mar-hutala Sinaga; Krisma Sinaga; Mayor D.H. Sinaga; Saur Monang Sinaga; Sonda Mulia Sinaga; B. Sinaga Simanjorang, SH; Mangasa Sinaga (Dairi); E. Budiman Sinaga (Taput); Lodewijk Waldemar Sinaga (Jakarta). J.B. Sinaga (Deli Serdang); Jabonar Sinaga (Pekan Baru).
Sekretaris Umum: Marsingkat Sinaga.
Sekretaris I-III : Drs. Jalinar Sinaga; M. Jhonny Sinaga; S.S. Sinaga.
Bendahara Umum: S. Sinaga.
Bendahara I-II: Drs. Sahat Silaen; J.F. Sidabalok.

Persiapan Mubes–VII, Jubileum 50 Tahun PPTSB dan 20 Tahun Tugu Toga Sinaga.

Mubes VII seharusnya dilaksanakan pada tahun 1989, tetapi mengingat bahwa pada tahun 1990, PPTSB genap berusia 50 tahun (15 Desember 1940–1990), dan Tugu Toga Sinaga berumur 20 tahun (8 Juni 1970–1990), maka Mubes akan dilaksanakan pada tahun 1990 tepat dengan ulang tahun ke 50 PPTSB dan ulang tahun ke 20 Tugu Toga Sinaga. Untuk mempersiapkan pesta ulang tahun dan Mubes dimaksud, pengurus PPTSB Pusat mengadakan rapat pembentukan panitia Pesta Parningotan Parheheon PPTSB se Indonesia pada tanggal 23 Januari 1989 yang susunannya sebagai berikut :

Penasehat: Pembina dan Ketua Umum PPTSB.
Ketua Umum: Drs. Gustaf Sinaga.
Ketua Bidang Jubileum: S.K. Sinaga.
Ketua Bidang 20 Thn Tugu: Ir. Marhutala Sinaga.
Ketua Bidang Mubes-VII: S.M. Sinaga.
Sekretaris Umum: Marsingkat Sinaga.
Sekretaris Bidang Jubileum: Drs. Humiras Sinaga
Sekretaris Bidang 20 Thn Tugu: Ir. Christof Sinaga.
Sekretaris Bidang Mubes-VII: Drs. Maringan Sinaga.
Bendahara I: M.T. Sinaga.
Bendahara II: ol. M.D. Sinaga.
Seksi Dana: S.K. Sinaga dan A. Sinaga.
Seksi Tempat/Akomodasi: Drs. Abad Sinaga.
Seksi Konsumsi: Ny.M.S.M. Sinaga br. Silalahi, Ny. S.K. Sinaga br. Nainggolan.
Seksi Hiburan/Gondang: T.R. Sinaga dan E.B. Sinaga.
Seksi Penerima Tamu: L.P. Sinaga.
Seksi Pengarahan Massa/Bakti: 1)Mangasa Sinaga Sosial/Peng-hijauan, 2)J. Sinaga, 3). Kades Sinaga Uruk, 4). Kades Gorat, 5). Kades Par-lombuan, 6). Kades Hatoguan
Seksi Sejarah : St. A. Sinaga.
Seksi Kerohanian: Dr.J. Sinaga, MDW.
Seksi Kesehatan: 1). Dr. Ny. Dr. H.P Sinaga br. Tambunan, 2). Dr. Pdt. Shala Sinaga, 3). Dr.Ny.Ir. Sitompul br. Sinaga.

Oleh Ketua Bidang 20 Tahun Tugu diangkat pula Panitia Khusus Pemugaran Tugu yakni:
Ketua Pemugaran Tugu: Ir. Marhutala Sinaga,
Sekretaris: Ir. Christof, R. Sinaga.
Anggota: 1). Ir. Bona Tua Si-naga, 2). Ir. Jeremias Sinaga, 3). Anggiat Sinaga,
Pengawas Pelaksana: Pakko Sinaga,
Pelaksana Lapangan: Sihol Sinaga, Saladin Sinaga,
Pelaksana Gorga/Relief: Juara Sinaga.

MUBES–VII, 8–10 JUNI 1990 DI URAT-SAMOSIR

Setelah persiapan rampung, dan pemugaran Tugu selesai, maka diada-kanlah Pesta Parningotan Parheheon PPTSB Jubileum 50 tahun, 20 tahun Tugu dan Mubes–VII, pada tanggal 8–10 Juni 1990 di Urat–Samosir. Gubernur SUMUT (waktu itu Raja Inal Siregar) berkenan singgah bersamaan de-ngan kegiatan beliau mengadakan tur keliling Samosir. Pada kesempatan itu Panitia menyerahkan seekor kuda tunggangan kepada beliau.

Susunan kepengurusan PPTSB Pusat Periode – VII tahun 1990–1993 adalah sebagai berikut:
Pelindung: Brig.Jend (Purn) Johannes Sinaga. SH.
Penasehat 1 – 19: T.R. Sinaga (Medan); S.M.C. Sinaga (Medan); Kol. Kaliamta Sinaga (Medan); Drs.M.H. Sinaga (Medan); St.K.M. Si-naga (Jakarta); Kol. Justin Sinaga (Ban-dung); A. Sinaga (Medan); P. Mangipuk Sinaga (Medan); Prof.Dr.Ir. Rudolf Sinaga, MSc (Bogor); Dr.A.B. Sinaga (Sibolga); Ds.J. Sinaga, M.Div (Parlilitan);Letkol (L) E. Sinaga (Jakarta); Drs.J.P Sinaga (Medan); Drs.J.M.H. Sin-aga (Medan); H.D. Sinaga (Medan); Drs.L.Sinaga (Medan); I.M. Sinaga (Me-dan) Rosman Sinaga (Sidikalang); Letkol P. Sinaga (Tarutung).
Pembina: Kol. (Purn) M.S.M Sinaga (Medan).

Pengurus Harian terdiri dari:
Ketua Umum: Drs. Gustaf Sinaga.
Ketua 1 – 15: S.K. Sinaga; Ir.Marhutala Sinaga; Letkol D.H.Sinaga; Drs.S.A.S. Sinaga; Dj.E. Sinaga; Sonda Mulia Sinaga; S.M. Sinaga (Notaris); Drs.M. Sinaga; I.M. Sinaga; J.B. Sinaga; St. Kris-man Sinaga, SH; E. Budiman Sinaga; Mangasa Sinaga; Mutner Sinaga; Tokki Sinaga.
Sekretaris Umum: Marsingkat Sinaga.
Sekretaris I – III : Ir. Kores Sinaga dan Ir. Christof Sinaga.
Bendahara Umum: L.P. Sinaga
Bendahara I – II: Ny. G. Sinaga br. Pardede dan Ny. J. Sinaga br. Situ-morang.
Antekeningen: Hanya lebih kurang 1 (satu) tahun Ketua Umum Drs. Gustaf Sinaga bekerja dalam kepengurusan ini, karena beliau. Meninggal dunia pada tahun 1991.
Sebagai pelaksana Lang-sung dipegang oleh Ketua I.S.K. Sinaga sampai tahun 1994.

MUBES – VIII, 8-10 JULI 1994 DI MEDAN
Setelah Drs.T.M.H. Sinaga dilantik menjadi Bupati Tapanuli Utara, para Pengetua dan Pembina PPTSB sepakat membuat penepungtawaran kepada beliau. Penepung tawaran dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 22 Mei 1994 di Wisma Taman Sari Jl. Kapten Muslim Medan. Setelah selesai penepung-tawaran dilanjutkan acara pembentukan Panitia Mubes – VIII.

Penanggung Jawab: Kol. (Purn) M.S.M Sinaga dan S.K Sinaga.
Ketua I-IV: A. Sinaga; E. Sinaga; Drs. D. Sinaga; A.B. Sinaga.
Sekretaris I – II : St. J.A. Sinaga; St.M.Sinaga.
Pembantu Sekretaris: Drs.J.D. Sinaga; Ir.Kores Sinaga; Ir Ch.R. Sinaga.
Bendahara I – II : Drs.S. Silaen; Drs. Lambok Sinaga.
Seksi Dana: Ir. Mar-hutala Sinaga. Seksi Tempat/Akomo-dasi: Letkol D.H. Sinaga. Seksi Kon-sumsi: J. Sinaga (Parlombu); Ny. Sianipar br . Sinaga. Seksi Pen. Tamu: S.P. Sinaga. Seksi Kerohanian: St.M. Sinaga; St.L.P. Sinaga. Seksi Dokumentasi: St.A. Sinaga (Suara Karya). Seksi Keamanan: Kapten Pol. Martogi Sinaga, Kapten Pol.J.Sinaga, Letnan TNI J. Si-naga. Seksi Kesehatan: Dr.Ny. Dr.H. P. Sinaga br. Tambunan. Seksi Urusan: Letkol D.H. Sinaga.

Izin Mubes
Mubes – VIII: diadakan tanggal 8–10 Juli 1994 di Gedung Yayasan PPTSB Jl. Kenanga Raya No.101 Tanjung Sari Medan.
Melalui Mubes – VIII dipilih Pengu-rus PPTSB Pusat Periode – VIII tahun 1994-1997, yaitu:
Ketua Umum: Drs. T.M.H. Sinaga.
Ketua I – III: S.K. Sinaga; Ir. Marhutala Sinaga; A.B. Sinaga.
Sekretaris Umum: St. Marsingkat Sinaga.
Sekretaris I – II : St.J.Abiden Si-naga; Ir. Christof R. Sinaga.
Bendahara Umum: I. P Sinaga.
Bendahara I: Drs. S. Silaen.

Sehubungan dengan telah 25 tahun berdirinya Tugu Toga Sinaga di Urat – Samosir, Pengurus PPTSB Pusat menga-dakan Partangiangan Pesta Perak (1970 – 1995) tanggal 17 Juni 1995 di Urat Samosir.
Sebagai Ketua Pelaksana pada waktu itu terpilih Drs.E.B. Sinaga.

MUBES – IX, 28–29 JUNI 1997 DI TARUTUNG, TAPUT

Berhubung karena tahun Periode – VIII (1994 – 1997) hampir selesai, maka oleh Ketua Umum Drs.T.M.H. Sinaga mengadakan persiapan Mubes – IX dengan mengangkat Panitia Lokal yang diketuai oleh Drs. Abad Sinaga dari Taput. Oleh kerja keras panitia, ter-selenggaralah Mubes – IX pada tanggal 28 – 29 Juni 1997 yang bertempat di Gedung Partungkoan Tarutung.

Susunan Pengurus yang terpilih untuk periode – IX tahun 597 – 2000 adalah :

Pembina
Ketua: Kol. (Purn) M.S.M. Sinaga
Anggota: Brig.Jend. (Purn) J. Sinaga, SH; T.R. Sinaga; S.K. Sinaga; A.B. Sinaga; A. Sinaga (Air Bersih); Drs.E.B. Sinaga (Tarutung); S.M. Sinaga (Notaris);A. Sinaga (Medan); Kol (L) E. Sinaga (Jakarta).

Pengurus Harian.
Ketua Umum : Drs. T.M.H. Sinaga.
Ketua Harian : Ir. Marhutala Sinaga.
Ketua I Pembina Organisasi : Drs. Abad Sinaga.
Ketua II Pembina Sosial Budaya: Letkol D.H. Sinaga.
Ketua III Pembina Ekonomi: Ir. Christof R. Sinaga.
Ketua IV Pembina Pendidikan dan Generasi Muda: Mangasa Sinaga.
Ketua V Pembina Bantuan Hukum: Amajone Sinaga.
Sekretaris Umum: St. J. A. Sinaga,
Sekretaris I : S.M. Sinaga, SH.
Sekretaris II: Ir. Victor G. Sinaga, M.Eng.Sc.
Bendahara: Kapten Pol. Jannus Sinaga.
Wakil Bendahara: Ir. Bungaran Sinaga.

Biro-biro: Biro Organisasi: St.A. Sinaga, SH, Biro Sosial Budaya : Ir. P. Situmorang, Biro Ekonomi : Drs. Lambok Sinaga, Biro Pendidikan dan Gen. Muda: Drs. Osebeth Sinaga, Biro Bantuan Hukum: Effendy Sinaga, SH.

MUBES – X, 13–15 SEPTEMBER 2001 DI MEDAN

Atas dorongan dan prakarsa Parundingan Sinaga, SH yang bertugas di Kanwil Pendidikan Nasioanal Propinsi Sumatera Utara. Pengurus pusat PPTSB mengadakan Rapat bertempat di Wisma Bethesda Medan, pada tanggal 24 Juli 2001 yang sekaligus membentuk Panitia Mubes–X.

Mubes – X disepakati untuk diselenggarakan pada tanggal 13–15 September 2001, di Gedung P3GT Jl. Setia Budi No.75 Helvetia Timur Medan, yang dihadiri langsung Gubernur Sumatera Utara pada saat itu yaitu Alm. Tengku Rizal Nurdin.

Hasil Mubes -X menyusun komposisi Pengurus ;
Ketua Umum Ir. Sahat Maruli Sinaga,
Ketua harian: Alm Parundingan Sinaga, SH,
Ketua I Ir. Bonatua Sinaga,
Ketua II J. Sinaga (A. yanti),
Ketua III Drs. Murbanto Sinaga,
Ketua IV Ir. CHR. Sinaga,
Ketua V Drs. Osbeth Sinaga, MSi,
Ketua VI Dr. Ir. Anggiat Sinaga, 
Ketua VII Drs. Abad Sinaga.
Sekretaris Umum Ir. H. Jamal Sinaga,
Sekretaris I – III yaitu Drs. Morlan Sinaga, Monang Sinaga dan Edward Sianaga, SH.
Bendahara Umum: St. J. Sihombing, SH
Bendahara I Jenri Sinaga, SE,Ak
Bendaha II Konbes Purn. D. Silalahi.

Para penasehat: Ketua: Drs. TMH Sinaga
Anggota: Ir. Marhutala Sinaga, Ir. Paladin Sinaga, KM. Sinaga, W. Sinaga, Baren Sinaga, SH, M.Hum, L.M. Sinaga, Parlindungan Sinaga, SH,MBA dan SK. Sinaga.

MUBES-XI, 17-19 NOP 2006 DI GEDUNG PPTSB JL. KENANGA RAYA, MEDAN

Pada MUBES-XI ini sebagai komposisi pengurus untuk periode 2006-2010 adalah sebagai berikut:
PENASEHAT
Ketua: S.K Sinaga,
Anggota: Ir. Marhutala Sinaga, H. Amiruddun Sinaga, Drs. TMH Sinaga, MM, Drs. Oloan Sinaga, Drs. L.M Sinaga, Parlindungan Sinaga SH, MBA, Epsan Sinaga, Agen Sinaga, Singal Sinaga, Drs. Molan Sinaga, Mangasa Sinaga.

DEWAN PEMANGKU ADAT
Pemangku Adat Toba: Mangatas Sinaga.
Pemangku Adat Dairi: J.B. Sinaga.
Pemangku Adat Simalungun: Dr. H. Usul Sinaga,SpB.

PENGURUS HARIAN

Ketua Umum: Ir. Sahat M. Sinaga,MM,
Ketua Harian: Ir. Jeremias Sinaga,M.A.P.

KOORDINATOR ANTAR DAERAH
Sumatera: Dr. Poltak Sinaga, M.Si,
Simalungun: H Sulaiman Sinaga,
Jawa dan IBT: Manaek Sinaga,
Ketua I (Organisasi): Ir. Joting Sinaga,D.Th,
Ketua II (Bid. Hukum dan Ham): Japansen Sinaga,SH.M.Hum,
Ketua III (Generasi): Saeron Sinaga.
Ketua IV (Ekonomi): Murbanto Sinaga,MA.
Ketua V (Informasi, Komunikasi): Drs. Anggiat Sinaga.
Sekretaris Jenderal: Jenri Sinaga,SEAk.MM.
Wakil Sekretaris Jenderal I: Effendi Sinaga, SH.
Wakil Sekretaris Jenderal II: Morhan Sinaga,SH.
Bendahara Umum: DJ. Sihombing, SH.
Wakil Bendahara I: Drs. Panal Sitorus,MSc.Apt.
Wakil Bendahara II: St. Karmel Sinaga,SE.
Departemen Organisasi: 1.Dr. Jhon Pieter Sinaga,M.Kes, Drs. Osbeth Sinaga,Msi.
Departemen Bidang Hukum : 1. Rudol Sinaga,SH, 2. Saudin Sinaga,S.H.
Departemen Ekonomi dan Pemberdayaan Anggota: 1. Drs. Hasiholan Sinaga (Jakarta), 2. Ir. Alusdin Sinaga.
Departemen Generasi Muda dan Kesetaraan Gender: 1.Tony Sinaga, SE, 2.Bohem Sinaga.MBA.
Departemen Informasi dan Komunikasi: 1. Batara Sinaga,Amd, 2.Ir. Albert Sinaga.
Departemen Koperasi: 1.Lambok Sinaga, 2.Agustin Sembiring, SE. **



Sumber : Majalah Galasibot    http://www.galasibot.wordpress.com